Pada akhirnya aku sampai untuk bercerita..
Kepada Tuhanku yang melihat Segalanya
Yang melampaui mata manusia dan mahluk lainya
Aku akan terang-terangan mengadu padaNya
tanpa malu meminta tentangmu "Ayah"
Menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, Air mata ini tiada berhenti mengalir meskipun setetes
meyaksikan bulan dengan tatapan kosong di ujung lorong. Menerima pahitnya kenyataan bahwa
Ibu harus terbaring di Ruang yang membuat bulu kuduk ini berdiri untuk memasukinya "ICU"
"Tekanan darahnya 170/220, Pembuluh darah di otaknya sudah pecah pak. Kemungkinan dioprasi
hanya 30% itu pun dia tidak bisa kembali normal seperti sedia kala" Ucap Dokter Emyr, Dialah
dokter yang merawat ibu sejak dua hari yang lalu. Selalu dengan sabar dan telaten memeriksa setiap
pasienya. Ekspresi wajah tersedih ayah yang belum pernah aku lihat sebelumnya setelah mendengar
apa yang dikatakan Dokter. Seakan tidak percaya bahwa istri yang paling dicintai dalam hidupnya
akan mengalami hal yang tidak pernah diduga sebelumnya.
Dibalik lamunan malam itu, aku tersadar sejenak dan mencari keberadaan ayah yang tidak juga
menampakan dirinya sejak beberapa jam yang lalu. Berjalan di balik dinginnya malam, mencoba
menelusuri lorong yang setibanya di ruang tunggu pasien ICU aku tidak juga menemukan sosok
dimana ayah. Bagaimana bisa seorang anak tidur dengan nyenyak ketika ibunya terbaring tidak
berdaya. Aku hanya melipat melipat kedua lututku dan berharap pagi akan segera datang membawa
kabar baik tentang ibu, dan aku akan selalu berharap tentang itu.
bersambung....