Dinamika Pendidikan di Indonesia
Pendidikan,tidak akan pernah habis kata dalam membahas masalah di bidang ini. Pendidikan yang selalu pasang surut dalam perkembanganya. Mendefiniskan pendidikan menurut beberapa para ahli. Bagi KI Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Sedangkan menurut Dewey, seorang tokoh pendidikan Amerika yang memperkenalkan konsep pendidikan progresif pendidikan merupakan all one with growing; it has no end beyond it self, sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going process, pendidikan menurutnya juga harus bertumpu pada nilai-nilai demokratis, partisipatif, pluralisme, dan liberalisme.
John Dewey dan Ki Hajar Dewantara merupakan dua tokoh pendidikan yang banyak menyumbangkan gagasan demi kemajuan pendidikan di negaranya masing-masing. Baik Indonesia maupun Amerika. Masing-masing Negara memiliki karakteristik yang berbeda dalam memandang pendidikan. Amerika dengan gagasanya yang diusung pada tahun 2001 mengenai “No Child Left Behind” bahwa tidak boleh ada seorang pun warga Amerika yang tertinggal dalam pendidikan. Sedangkan Indonesia dengan program wajib belajar Sembilan tahun yang dijamin Pemerintah.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami masa pasang surut di setiap perjalananya. Berbagai masalah dan spekulasi muncul seiring waktu ke waktu. Dari mulai zaman penjajahan bahkan hingga saat ini. Carut-marut tentang Pendidikan Indonesia memang tidak pernah berhenti. Alih-alih Aufklarung bagi Pendidikan bagai sebuah janji manis di kursi hangat pemerintahan. Undang-undang bagai sebuah symbol yang tertulis diatas kertas tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya menjalakannya di lapangan yang masih jauh dari harapan.
Dari mulai zaman penjajahan dengan konsep kolonialisme, dilanjutkan dengan zaman orde lama pada kepemimpinan Soekarno yang berprinsip tentang konsep sosialisme dalam pendidikan tentang bagaimana pendidikan merupakan hak semua kelompok masyrakat, memberikan penghargaan setinggi-tingginya terkait derajat yang sama tanpa membeda-bedakan. Indonesia mampu mengekspor guru ke beberapa Negara tetangga, menyekolahkan ribuan mahasiswa keluar negeri,dan menyebarkan mahasiswa ke seluruh pelosok negeri untuk menguasai buat huruf.
Selanjutnya di orde baru kepemimpinan soeharto yang disebut era Pembangunan nasional justru lebih menekankan sisi ekonomi Indonesia yang harus ditingkatkan bahkan menurut Darmangningtyas pendidikan orde baru ibarat pendidikan militer bahkan kebebasan pun sangat dibatasi di masa ini. Masuk ke era reformasi dari tahun 1998 hingga saat ini yang mempengaruhi sendi pendidikan dari mulai masalah dana, desentralisasi pendidikan bahkan sampai perubahan muatan kurikulum. Akan tetapi era reformasi tidak hanya sampai disitu saja pendidikan yang menggelitik di zaman ini akan tetapi masih terus berlanjut hingga saat ini.
Dikutip dari buku Indonesia karya Ahmad Yunus dalam ekspedisi perjalananya keliling Nusantara, berpendapat bahwa Jakarta terlalu memukul rata semua wilayah Indonesia harus sama denganya,padahal idealnya karakeristik yang berbeda membuat semua tempat tidak semudah itu untuk disamakan. Beberapa hal yang akan diulas disini adalah mengenai dana pendidikan RAPBN yang tidak merata dan sesuai harapan sehingga mengakibatkan kurangnya fasilitas pendidikan bagi anak-anak di Indonesia juga Sumber daya manusian professional yang terbatas, juga system pendidikan yang kembali dipertanyakan yaitu kurikulum.
Lembaga Pendidikan yang dikelola pemerintah dibiayai pemerintah berasal dari uang rakyat (pajak masyarakat) akan tetapi hasil pendidikan dikembalikan ke masyarakat dengan cara yang berbeda-beda dan cenderung diskriminatif. Dari mulai pelebelan sekolah-sekolah bahkan fasilitas pendidikan juga SDM yang tidak merata di setiap daerah menjadi sungguh ironis. Menciptakan masyarakat yang baik maka butuh pendidikan yang baik pula.
Makin tinggi dana pendidikan maka akan baik pula kinerja pendidikan begitupun sebaliknya makin rendah dana pendidikan maka akan makin buruk kinerja pendidikan. Prof.Dr.H.AR Tillaar berpendapat bahwa persoalan dalam dunia pendidikan di bumi pertiwi ini dikarenakan kuatnya dominasi pemerintah. Bagaimana hegemoni kekuasaan yang berubah-rubah sesuai dengan siapa yang berkuasa,maka tidak heran kebijakan pendidikan juga ikut terkena imbasnya dalam masalah ini.
20 persen dana yang dijanjikan pemerintah tentu tidak semulus pengalaman di lapangan. Pada kenyataanya saat ini dana BOS yang dikucurkan ke daerah-daerah justru tersendat. Banyak sekolah di daerah yang mengeluhkan bahwa dananya tidak turun tepat waktu di saat sekolah membutuhkannya. Alih-alih pemerataan pendidikan justru tersendat di berbagai daerah dari mulai sarana dan prasarana pendidikan bahkan layanan pendidikan dari SDM juga masih hangat diperbincangkan. Entah apa yang anggota dewan bicarakan di senayan akan tetapi justru pendidikan masih carut-marut dan tidak merata. Bahkan membangun WC pun lebih penting dari sekedar menyoroti wajah pendidikan di Indonesia saat ini. Merasa cukup dengan 20 persen dana yang telah diberikan dan mencoba menutup mata rapat-rapat seakan-akan tidak melihat kenyataan yang terjadi saat ini.
Pendidikan bukanlah permainan politik semata. Ketika pergantian kekuasaan maka berganti pula berbagai kebijakan. Pendidikan pun juga ikut menjadi korbanya. Padahal bukanlah kepentingan partai yang masih diagungkan akan tetapi bagaimana membangun pendidikan Indonesia yang sesungguhnya. Karena pada dasarnya bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan menjunjung tinggi pendidikan. Maka jangan harap kita akan maju jika kita pun tidak menjungjung tinggi pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun bangsa. Pembangunan ekonomi dapat terlaksana jika pendidikan mengambil peran yang utama.
Isu yang berkembang bukan hanya terkait kucuran dana yang terbatas dan macet sehingga mengakibatkan pendidikan tidak merata dari segi sarana dan prasarana bahkan SDM, baik pembangunan infrastruktur, fasilitas di sekolah, dan tenaga guru pengajar.
Menurut data yang dilansir dari Departemen pendidikan,setidaknya ada 131 ribu sekolah yang rusak di Indonesia. Ketika belajar Keselamatan para murid pun jadi taruhan. Seperti kejadian di Sekolah Dasar Negeri 1 Semenkidul di Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Oktober 2011. Para siswa sedang menjalani Ujian Tengah Semester saat angin kencang menyebabkan plafon dan ruang sekolah ambrol hingga mengakibatkan Seorang murid bernama Anis akhirnya harus dirawat karena mengalami luka di wajah.
Selain itu Kondisi bangunan di SDN Mekarsari 3, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut Jawa Barat, dibiarkan saja rusak berat selama 3 tahun terakhir. Akibatnya, para murid di SD tersebut banyak bermain daripada belajar. Bagaimana tidak gedung sekolah tersebut mungkin tidak layak disebut gedung karena tembok pun tidak ada sedangkan 150 murid menganyam pendidikan di sekolah itu. “Hingga saat ini belum ada tindakan pasti dari pemerintah padahal dari awal sekolah ini dibentuk belum pernah diperbaiki sama sekali” ujar Aam Salamah selaku Kepala Sekolah.
Dua kejadian diatas adalah potret buruk wajah pendidikan Indonesia. Masih banyak potret lain sebagai cerminan wajah pendidikan Indonesia yang ironis. Ketika kucuran dana lebih dari 20 triliun justru masih banyak sekolah yang tidak layak. Dengan alih-alih pemerintah kembali berjanji bahwa 2012 dana untuk dilaokasikan pemerintah adalah senilai 40 persen guna membangun insfrasruktur. Semoga saja ini bukan lagi sekedar angan-angan dan janji belaka. Pemerataan pendidikan harus tersebar ke seluruh aspek masyarakat Indonesia.
Selanjutnya adalah mengenai Sumber daya manusia. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya menuntut pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Setelah infrastuktur fasilitas sekolah tidaka akan menunjang bila tidak ada pendidik yang professional di dalamnya. Michael G. Fullan mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think. Dalam pendidik sudah seharusnya ada kompetensi penuh sebagai seorang pendidik. Empat kompetensi utama sebagai seorang guru diantaranya;pedagogic,kepribad ian,social,dan
profesionalisme. Guru yang tidak hanya sekedar guru akan tetapi harus
memiliki kepribadian yang baik jiwa social yang dapat memberikan
contoh,juga menguasai ilmu keguruan. Sampai saat ini pemerintah masih
melakukan banyak pelatihan bagi guru di Indonesia.
Sudah sewajarnya pula guru dapat melakukan program,strategi,metode,teknik ,dan
memilih model dalam proses pembelajaran. Menciptakan suasana belajar
aman dan nyaman di kelas sehingga memancing daya kreatifitas siswa. Oleh
karena itu tidak hanya infrastruktur saja yang harus difikirkan,bahkan
sumber daya manusia juga penting karena dari guru lah tercipta generasi
penerus bangsa. Kalau pendidiknya saa sudah tidak diperhatikan lantas
mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini.
Bukan hanya dana yang masih dipertanyakan. Sistem pendidikan kita juga masih menjadi perbincangan yang selalu berubah-ubah setiap gantinya zaman kekuasaan. Siapa yang berkuasa saat itu dan ketika itulah system dirubah sesuai keinginan. Utamanya terlihat jelas dalam masalah kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Hal ini pun diatur dalam undang-undang sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab X Pasal 36 ayat satu sampai empat. Pada nyatanya Konsep kurikulum di Indonesia masih belum matang. Dari mulai KBK yang diujicobakan kemudian berubah lagi ke KTSP. Tidak hanya itu bahkan kurikulum yang berdiferensiasi bagi anak berkebutuhan khusus pun masih belum ditinjau secara khusus oleh pemerintah.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami masa pasang surut layaknya air laut. Kita pernah meraih kejayaan di masa orde lama dengan konsep sosialisme,bahkan pernah menurun ketika masa orde baru berkuasa. Sayangnya di era reformasi yang dieluk-elukan dengan perubahan di berbagai aspek justru seakan Indonesia yang membangun negerinya dari nol lagi. Menciptakan masyarakat yang baik butuh pendidikan yang baik pula.
Pendidikan,tidak akan pernah habis kata dalam membahas masalah di bidang ini. Pendidikan yang selalu pasang surut dalam perkembanganya. Mendefiniskan pendidikan menurut beberapa para ahli. Bagi KI Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Sedangkan menurut Dewey, seorang tokoh pendidikan Amerika yang memperkenalkan konsep pendidikan progresif pendidikan merupakan all one with growing; it has no end beyond it self, sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going process, pendidikan menurutnya juga harus bertumpu pada nilai-nilai demokratis, partisipatif, pluralisme, dan liberalisme.
John Dewey dan Ki Hajar Dewantara merupakan dua tokoh pendidikan yang banyak menyumbangkan gagasan demi kemajuan pendidikan di negaranya masing-masing. Baik Indonesia maupun Amerika. Masing-masing Negara memiliki karakteristik yang berbeda dalam memandang pendidikan. Amerika dengan gagasanya yang diusung pada tahun 2001 mengenai “No Child Left Behind” bahwa tidak boleh ada seorang pun warga Amerika yang tertinggal dalam pendidikan. Sedangkan Indonesia dengan program wajib belajar Sembilan tahun yang dijamin Pemerintah.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami masa pasang surut di setiap perjalananya. Berbagai masalah dan spekulasi muncul seiring waktu ke waktu. Dari mulai zaman penjajahan bahkan hingga saat ini. Carut-marut tentang Pendidikan Indonesia memang tidak pernah berhenti. Alih-alih Aufklarung bagi Pendidikan bagai sebuah janji manis di kursi hangat pemerintahan. Undang-undang bagai sebuah symbol yang tertulis diatas kertas tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya menjalakannya di lapangan yang masih jauh dari harapan.
Dari mulai zaman penjajahan dengan konsep kolonialisme, dilanjutkan dengan zaman orde lama pada kepemimpinan Soekarno yang berprinsip tentang konsep sosialisme dalam pendidikan tentang bagaimana pendidikan merupakan hak semua kelompok masyrakat, memberikan penghargaan setinggi-tingginya terkait derajat yang sama tanpa membeda-bedakan. Indonesia mampu mengekspor guru ke beberapa Negara tetangga, menyekolahkan ribuan mahasiswa keluar negeri,dan menyebarkan mahasiswa ke seluruh pelosok negeri untuk menguasai buat huruf.
Selanjutnya di orde baru kepemimpinan soeharto yang disebut era Pembangunan nasional justru lebih menekankan sisi ekonomi Indonesia yang harus ditingkatkan bahkan menurut Darmangningtyas pendidikan orde baru ibarat pendidikan militer bahkan kebebasan pun sangat dibatasi di masa ini. Masuk ke era reformasi dari tahun 1998 hingga saat ini yang mempengaruhi sendi pendidikan dari mulai masalah dana, desentralisasi pendidikan bahkan sampai perubahan muatan kurikulum. Akan tetapi era reformasi tidak hanya sampai disitu saja pendidikan yang menggelitik di zaman ini akan tetapi masih terus berlanjut hingga saat ini.
Dikutip dari buku Indonesia karya Ahmad Yunus dalam ekspedisi perjalananya keliling Nusantara, berpendapat bahwa Jakarta terlalu memukul rata semua wilayah Indonesia harus sama denganya,padahal idealnya karakeristik yang berbeda membuat semua tempat tidak semudah itu untuk disamakan. Beberapa hal yang akan diulas disini adalah mengenai dana pendidikan RAPBN yang tidak merata dan sesuai harapan sehingga mengakibatkan kurangnya fasilitas pendidikan bagi anak-anak di Indonesia juga Sumber daya manusian professional yang terbatas, juga system pendidikan yang kembali dipertanyakan yaitu kurikulum.
Lembaga Pendidikan yang dikelola pemerintah dibiayai pemerintah berasal dari uang rakyat (pajak masyarakat) akan tetapi hasil pendidikan dikembalikan ke masyarakat dengan cara yang berbeda-beda dan cenderung diskriminatif. Dari mulai pelebelan sekolah-sekolah bahkan fasilitas pendidikan juga SDM yang tidak merata di setiap daerah menjadi sungguh ironis. Menciptakan masyarakat yang baik maka butuh pendidikan yang baik pula.
Makin tinggi dana pendidikan maka akan baik pula kinerja pendidikan begitupun sebaliknya makin rendah dana pendidikan maka akan makin buruk kinerja pendidikan. Prof.Dr.H.AR Tillaar berpendapat bahwa persoalan dalam dunia pendidikan di bumi pertiwi ini dikarenakan kuatnya dominasi pemerintah. Bagaimana hegemoni kekuasaan yang berubah-rubah sesuai dengan siapa yang berkuasa,maka tidak heran kebijakan pendidikan juga ikut terkena imbasnya dalam masalah ini.
20 persen dana yang dijanjikan pemerintah tentu tidak semulus pengalaman di lapangan. Pada kenyataanya saat ini dana BOS yang dikucurkan ke daerah-daerah justru tersendat. Banyak sekolah di daerah yang mengeluhkan bahwa dananya tidak turun tepat waktu di saat sekolah membutuhkannya. Alih-alih pemerataan pendidikan justru tersendat di berbagai daerah dari mulai sarana dan prasarana pendidikan bahkan layanan pendidikan dari SDM juga masih hangat diperbincangkan. Entah apa yang anggota dewan bicarakan di senayan akan tetapi justru pendidikan masih carut-marut dan tidak merata. Bahkan membangun WC pun lebih penting dari sekedar menyoroti wajah pendidikan di Indonesia saat ini. Merasa cukup dengan 20 persen dana yang telah diberikan dan mencoba menutup mata rapat-rapat seakan-akan tidak melihat kenyataan yang terjadi saat ini.
Pendidikan bukanlah permainan politik semata. Ketika pergantian kekuasaan maka berganti pula berbagai kebijakan. Pendidikan pun juga ikut menjadi korbanya. Padahal bukanlah kepentingan partai yang masih diagungkan akan tetapi bagaimana membangun pendidikan Indonesia yang sesungguhnya. Karena pada dasarnya bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan menjunjung tinggi pendidikan. Maka jangan harap kita akan maju jika kita pun tidak menjungjung tinggi pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun bangsa. Pembangunan ekonomi dapat terlaksana jika pendidikan mengambil peran yang utama.
Isu yang berkembang bukan hanya terkait kucuran dana yang terbatas dan macet sehingga mengakibatkan pendidikan tidak merata dari segi sarana dan prasarana bahkan SDM, baik pembangunan infrastruktur, fasilitas di sekolah, dan tenaga guru pengajar.
Menurut data yang dilansir dari Departemen pendidikan,setidaknya ada 131 ribu sekolah yang rusak di Indonesia. Ketika belajar Keselamatan para murid pun jadi taruhan. Seperti kejadian di Sekolah Dasar Negeri 1 Semenkidul di Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Oktober 2011. Para siswa sedang menjalani Ujian Tengah Semester saat angin kencang menyebabkan plafon dan ruang sekolah ambrol hingga mengakibatkan Seorang murid bernama Anis akhirnya harus dirawat karena mengalami luka di wajah.
Selain itu Kondisi bangunan di SDN Mekarsari 3, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut Jawa Barat, dibiarkan saja rusak berat selama 3 tahun terakhir. Akibatnya, para murid di SD tersebut banyak bermain daripada belajar. Bagaimana tidak gedung sekolah tersebut mungkin tidak layak disebut gedung karena tembok pun tidak ada sedangkan 150 murid menganyam pendidikan di sekolah itu. “Hingga saat ini belum ada tindakan pasti dari pemerintah padahal dari awal sekolah ini dibentuk belum pernah diperbaiki sama sekali” ujar Aam Salamah selaku Kepala Sekolah.
Dua kejadian diatas adalah potret buruk wajah pendidikan Indonesia. Masih banyak potret lain sebagai cerminan wajah pendidikan Indonesia yang ironis. Ketika kucuran dana lebih dari 20 triliun justru masih banyak sekolah yang tidak layak. Dengan alih-alih pemerintah kembali berjanji bahwa 2012 dana untuk dilaokasikan pemerintah adalah senilai 40 persen guna membangun insfrasruktur. Semoga saja ini bukan lagi sekedar angan-angan dan janji belaka. Pemerataan pendidikan harus tersebar ke seluruh aspek masyarakat Indonesia.
Selanjutnya adalah mengenai Sumber daya manusia. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya menuntut pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Setelah infrastuktur fasilitas sekolah tidaka akan menunjang bila tidak ada pendidik yang professional di dalamnya. Michael G. Fullan mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think. Dalam pendidik sudah seharusnya ada kompetensi penuh sebagai seorang pendidik. Empat kompetensi utama sebagai seorang guru diantaranya;pedagogic,kepribad
Sudah sewajarnya pula guru dapat melakukan program,strategi,metode,teknik
Bukan hanya dana yang masih dipertanyakan. Sistem pendidikan kita juga masih menjadi perbincangan yang selalu berubah-ubah setiap gantinya zaman kekuasaan. Siapa yang berkuasa saat itu dan ketika itulah system dirubah sesuai keinginan. Utamanya terlihat jelas dalam masalah kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Hal ini pun diatur dalam undang-undang sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab X Pasal 36 ayat satu sampai empat. Pada nyatanya Konsep kurikulum di Indonesia masih belum matang. Dari mulai KBK yang diujicobakan kemudian berubah lagi ke KTSP. Tidak hanya itu bahkan kurikulum yang berdiferensiasi bagi anak berkebutuhan khusus pun masih belum ditinjau secara khusus oleh pemerintah.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami masa pasang surut layaknya air laut. Kita pernah meraih kejayaan di masa orde lama dengan konsep sosialisme,bahkan pernah menurun ketika masa orde baru berkuasa. Sayangnya di era reformasi yang dieluk-elukan dengan perubahan di berbagai aspek justru seakan Indonesia yang membangun negerinya dari nol lagi. Menciptakan masyarakat yang baik butuh pendidikan yang baik pula.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.