Mengakar Budaya
Indonesia
Jika akar sudah rapuh, lantas bagaimana pohon akan
tumbuh dengan kokoh
Oleh Citra Ashri
Maulidina
Indonesia adalah
negara berkembang dengan kemajemukan budaya. Indonesia memiliki 33 provinsi
dengan beragam suku bangsa dan ciri khas dari masing-masing daerah.
Masing-masing suku bangsa mempunyai jati diri budayanya yang khas dan tidak
mungkin terlepas dari jati diri sebagai budaya tradisi Indonesia.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.[1]
Pada intinya kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Wujud kebudayaan diantaranya
adalah misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.[2]
Budaya
merupakan identitas sebuah bangsa sekaligus masyarakat. Warisan budaya yang
membuat suatu bangsa merasa memiliki akar. Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki
kekuatan tersediri. Misalnya bahasa, rumah adat, pakaian adat, tarian, alat
musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semuanya menyatu dalam kebudayaan
nasional dalam kebudayaan tradisi yang beragam.
Perkembangan
arus globalisasi dalam pembangunan bangsa telah berkembang dengan pesat. Berbagai
arus informasi, komunikasi, bahkan budaya perlahan-lahan telah masuk dan
menjamur melalui media cetak maupun
media elektronik. Tranformasi budaya seakan membuat warisan budaya kian
memudar. Ketika budaya itu memudar maka perlahan akan menghilang. Untuk itu
diperlukan sebuah upaya demi menjaga warisan budaya.
Ibarat sebuah
pohon, budaya merupakan akarnya, wujud kebudayaan
adalah batangnya yang dan daun-daunya merupakan berbagai macam wujud kebudayaan yang bercabang secara khas dan beragam, untuk itu ada
empat kunci mengapa kita perlu melestarikan akar budaya Indonesia.
Pertama, perlu
disadari bahwa budaya sebagai sumber devisa
Negara, dengan dibangun melalui pariwisata, budaya merupakan salah satu aspek
dalam pembangunan ekonomi di sebuah Negara. Banyaknya warga Negara asing yang
dating ke Indonesia untuk melihat tradisi budaya merupakan suatu prestasi tersendiri
yang patu dibanggakan.
Kedua, budaya sebagai
jati diri yang kuat pada sebuah Negara. Mempunyai ciri khas tersendiri tanpa perlu mengekor pada
budaya bangsa lain. Jangan sampai menjadi
Negara yang plagiat karena harus mematenkan budayanegara lain. Hal ini
bisa terjadi jika suatu negara tidak melestarikan budayanya. Maka dengan mudah
bangsa lain akan mengaku menjadi pemilik
budaya negara kita.
Ketiga, Dengan
budaya terjalin sebuah persahabatan dalam kemajemukan budaya internasional.
Kita akan dapat mengenal budaya sendiri dan membedakanya dengan budaya dari
bangsa lain. Seperti teori Trikon
yang pernah diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter bangsa,
bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia sebagai
kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen),
tanpa mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.
Keempat, agar
akar budaya bangsa tidak punah, dengan menjamurnya berbagai budaya bangsa lain
yang masuk ke Indonesia, seperti K-Pop,
Gagnam Style, boy band, girl band, dan sebagainya. Dalam hal ini bukan
berarti budaya asing yang masuk ke Indonesia harus ditolak dan anti
terhadapnya, Tetapi yang terpenting adalah bagaimana budaya asing itu masuk
tanpa harus melunturkan budaya asli bangsa sendiri.
Khasanah budaya
Indonesia akan berkembang dengan baik jika tumbuh kesadaran pada diri
masyarakat untuk melestarikan seakan memiliki. Menjadikan budaya sebagai suatu
hal yang berharga sehingga kita tidak akan rela melepaskannya begitu saja
ditengah arus globalisasi saat ini dan menjamurnya budaya asing yang masuk
secara perlahan.
Pemerintah dan
masyarakat mempunyai peran dalam melestarikan dan memajukan budaya bangsa.
Ibarat kesenian wayang, pemerintah sebagai dalang dan masyarakat sebagai tokoh
pemeranya.
Perhatian pertama
ditunjukan dalam pendidikan, walaupun saat ini pelajaran budaya dan seni merupakan
muatan lokal yang kebijakanya dikembalikan lagi ke sekolah masing-masing, bukan
berarti harus dikesampingkan dalam pembelajaran. Generasi muda adalah penerus
bangsa, Jika generasi muda sudah tidak perduli dengan budayanya maka siapa lagi
yang akan mewariskannya. Diperlukan cara pengajaran yang dikemas secara unik, seperti
penyediaan alat kesenian sebagai fasilitas belajar contohnya; alat music
tradisional, baju daerah, miniature
rumah adat, dan sebagainya. Selain itu pentingnya mengenalkan kebudayaan secara
langsung dengan metode demonstrasi, para siswa diajak untuk praktek bermain
alat musik tradisional dan menari tarian daerah. Peran guru juga perlu ditekankan
dalam mengenalkanya, guru harus menguasai materi dan kreatif, bukan hanya mengenalkan
budaya dalam bentuk metode ceramah yang membosankan dan mengerjakan lembar
Latihan Kerja Siswa.
Selanjutnya,
peran Pemerintah daerah setempat mempunyai andil dalam melestarikan budaya dengan mengemasnya
secara unik. Tidak hanya disibukan untuk mengurus administrasi daerah akan tetapi
melakukan sebuah upaya pelestarian budaya daerah. Bekerjasama dengan komunitas
atau bahkan lembaga daerah setempat membuat sebuah pertunjukan rutin atau
bahkan di beberapa tempat terpanjang poster tentang budaya daerahnya. Sehingga
dapat menambah pengetahuan masyarakat asli dan pendatang terkait budaya tradisi
daerah.
Kemudian Peran Pemerintah
dalam mendobrak media cetak maupun elektronik untuk menampilkan tayangan yang mewariskan
nilai luhur kebudayaan. Karena media merupakan arus informasi yang sangat cepat
diterima masyarakat, Dengan memuat nilai budaya yang luhur dan tidak asal mengambil
nilai yang tidak luhur dengan alih tuntunan pasar. Budaya dapat dikemas secara
menarik dengan program realty show, ekspedisi budaya nusantara, bahkan
foto-foto terkait budaya dapat ditampilkan di media cetak secara rutin.
Terakhir adalah
dari dalam diri sendiri, merasa bangga terhadap budaya Indonesia. Menjadikannya
mengakar di dalam hati dan mengingat bahwa berbudaya itu merupakan identitas
dan sebuah hal yang berharga bagi kita dalam bernegara. Menjadi warga negara
berarti siap menjadi warga yang berbudaya. Menumbuhkan cinta budaya itu penting
agar kita tidak hanya perduli dengan budaya sendiri ketika budaya itu diambil
oleh bangsa lain.
Jangan sampai
suatu saat akar itu hilang dan ketika hilang pohon akan tumbang karena tidak
memiliki penopang. Jangan sampai budaya di suatu Negara menghilang karena
Negara tersebut tidak akan memiliki identitas dan ciri khas di tengah
mewabahnya arus global. Dimulai dari diri sendiri untuk mengakarkan budaya
Indonesia dalam hatinya.