Selasa, 16 Oktober 2012

Mengakar Budaya dan Seni



Mengakar Budaya Indonesia
Jika akar sudah rapuh, lantas bagaimana pohon akan tumbuh dengan kokoh
Oleh Citra Ashri Maulidina

Indonesia adalah negara berkembang dengan kemajemukan budaya. Indonesia memiliki 33 provinsi dengan beragam suku bangsa dan ciri khas dari masing-masing daerah. Masing-masing suku bangsa mempunyai jati diri budayanya yang khas dan tidak mungkin terlepas dari jati diri sebagai budaya tradisi Indonesia.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.[1] Pada intinya kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Wujud kebudayaan diantaranya adalah misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.[2]

Budaya merupakan identitas sebuah bangsa sekaligus masyarakat. Warisan budaya yang membuat suatu bangsa merasa memiliki akar. Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya bahasa, rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semuanya menyatu dalam kebudayaan nasional dalam kebudayaan tradisi yang beragam.

Perkembangan arus globalisasi dalam pembangunan bangsa telah berkembang dengan pesat. Berbagai arus informasi, komunikasi, bahkan budaya perlahan-lahan telah masuk dan menjamur  melalui media cetak maupun media elektronik. Tranformasi budaya seakan membuat warisan budaya kian memudar. Ketika budaya itu memudar maka perlahan akan menghilang. Untuk itu diperlukan sebuah upaya demi menjaga warisan budaya.
Ibarat sebuah pohon, budaya merupakan akarnya, wujud kebudayaan adalah batangnya yang dan daun-daunya merupakan berbagai macam wujud kebudayaan yang bercabang secara khas dan beragam, untuk itu ada empat kunci mengapa kita perlu melestarikan akar budaya Indonesia.
Pertama, perlu disadari bahwa budaya sebagai sumber devisa Negara, dengan dibangun melalui pariwisata, budaya merupakan salah satu aspek dalam pembangunan ekonomi di sebuah Negara. Banyaknya warga Negara asing yang dating ke Indonesia untuk melihat tradisi budaya merupakan suatu prestasi tersendiri yang patu dibanggakan.
Kedua, budaya sebagai jati diri yang kuat pada sebuah Negara. Mempunyai ciri khas tersendiri tanpa perlu mengekor pada budaya bangsa lain. Jangan sampai menjadi Negara yang plagiat karena harus mematenkan budayanegara lain. Hal ini bisa terjadi jika suatu negara tidak melestarikan budayanya. Maka dengan mudah bangsa lain akan mengaku menjadi pemilik budaya negara kita.
Ketiga, Dengan budaya terjalin sebuah persahabatan dalam kemajemukan budaya internasional. Kita akan dapat mengenal budaya sendiri dan membedakanya dengan budaya dari bangsa lain. Seperti teori Trikon yang pernah diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter bangsa, bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.

Keempat, agar akar budaya bangsa tidak punah, dengan menjamurnya berbagai budaya bangsa lain yang masuk ke Indonesia, seperti K-Pop, Gagnam Style, boy band, girl band, dan sebagainya. Dalam hal ini bukan berarti budaya asing yang masuk ke Indonesia harus ditolak dan anti terhadapnya, Tetapi yang terpenting adalah bagaimana budaya asing itu masuk tanpa harus melunturkan budaya asli bangsa sendiri.
Khasanah budaya Indonesia akan berkembang dengan baik jika tumbuh kesadaran pada diri masyarakat untuk melestarikan seakan memiliki. Menjadikan budaya sebagai suatu hal yang berharga sehingga kita tidak akan rela melepaskannya begitu saja ditengah arus globalisasi saat ini dan menjamurnya budaya asing yang masuk secara perlahan.
Pemerintah dan masyarakat mempunyai peran dalam melestarikan dan memajukan budaya bangsa. Ibarat kesenian wayang, pemerintah sebagai dalang dan masyarakat sebagai tokoh pemeranya.
Perhatian pertama ditunjukan dalam pendidikan, walaupun saat ini pelajaran budaya dan seni merupakan muatan lokal yang kebijakanya dikembalikan lagi ke sekolah masing-masing, bukan berarti harus dikesampingkan dalam pembelajaran. Generasi muda adalah penerus bangsa, Jika generasi muda sudah tidak perduli dengan budayanya maka siapa lagi yang akan mewariskannya. Diperlukan cara pengajaran yang dikemas secara unik, seperti penyediaan alat kesenian sebagai fasilitas belajar contohnya; alat music tradisional, baju daerah, miniature rumah adat, dan sebagainya. Selain itu pentingnya mengenalkan kebudayaan secara langsung dengan metode demonstrasi, para siswa diajak untuk praktek bermain alat musik tradisional dan menari tarian daerah. Peran guru juga perlu ditekankan dalam mengenalkanya, guru harus menguasai materi dan kreatif, bukan hanya mengenalkan budaya dalam bentuk metode ceramah yang membosankan dan mengerjakan lembar Latihan Kerja Siswa.
Selanjutnya, peran Pemerintah daerah setempat mempunyai andil  dalam melestarikan budaya dengan mengemasnya secara unik. Tidak hanya disibukan untuk mengurus administrasi daerah akan tetapi melakukan sebuah upaya pelestarian budaya daerah. Bekerjasama dengan komunitas atau bahkan lembaga daerah setempat membuat sebuah pertunjukan rutin atau bahkan di beberapa tempat terpanjang poster tentang budaya daerahnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat asli dan pendatang terkait budaya tradisi daerah.
Kemudian Peran Pemerintah dalam mendobrak media cetak maupun elektronik untuk menampilkan tayangan yang mewariskan nilai luhur kebudayaan. Karena media merupakan arus informasi yang sangat cepat diterima masyarakat, Dengan memuat nilai budaya yang luhur dan tidak asal mengambil nilai yang tidak luhur dengan alih tuntunan pasar. Budaya dapat dikemas secara menarik dengan program realty show, ekspedisi budaya nusantara, bahkan foto-foto terkait budaya dapat ditampilkan di media cetak secara rutin.
Terakhir adalah dari dalam diri sendiri, merasa bangga terhadap budaya Indonesia. Menjadikannya mengakar di dalam hati dan mengingat bahwa berbudaya itu merupakan identitas dan sebuah hal yang berharga bagi kita dalam bernegara. Menjadi warga negara berarti siap menjadi warga yang berbudaya. Menumbuhkan cinta budaya itu penting agar kita tidak hanya perduli dengan budaya sendiri ketika budaya itu diambil oleh bangsa lain.
Jangan sampai suatu saat akar itu hilang dan ketika hilang pohon akan tumbang karena tidak memiliki penopang. Jangan sampai budaya di suatu Negara menghilang karena Negara tersebut tidak akan memiliki identitas dan ciri khas di tengah mewabahnya arus global. Dimulai dari diri sendiri untuk mengakarkan budaya Indonesia dalam hatinya.




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Mengakar Budaya dan Seni Sebagai Identitas



Indonesiaku, Negara yang terdiri dari 33 Provinsi, Kaya dengan keberagaman budaya. Walaupun Negara ini yang masih berkembang akan tetapi kekayaannya dalam hal budaya sungguh bukan hal yang dapat dipandang sebelah mata , terdapat 1128 Suku Bangsa, 719 Bahasa daerah, 71 alat musik tradisional , juga 122 tarian tradisional yang merupakan budaya tradisi Indonesia.[1]
Mengenal budaya bukan hanya sebatas seni, karena mengenal budaya sebagai seni maka akan mempersempit makna dari budaya itu sendiri. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.[2]

Setiap daerah memiliki ciri khasnya warisan budayanya masing-masing, bahasa, seni rumah adat, alat musik tradisional kesemuanya mewakili identitas masing-masing daerah.

Sayangnya akhir-akhir ini ada negera tetangga yang sibuk mematenkan karya seni sebagai wujud kebudayaan negaranya. Sungguh memalukan. Ada beberapa Tarian tradisional negaraku dengan mudahnya di klaim sebagai warisan budaya mereka.

Ada lagi yang lebih memilukan, ketika akhir-akhir ini bangsa Indonesia lebih senang dengan kebudayaan bangsa lain, dengan menjamurnya Kpop, Girl Band, Boy band, bahkan Gagnam Style yang dipopulerkan oleh PSY.

Lantas bagaimana identitas bangsa yang sebenarnya, di satu sisi budaya Indonesia diakui bangsa lain dan disatu sisi bangsanya pun sedang berbangga dengan budaya bangsa lain.
Hal ini dikarenakan perkembangan arus globalisasi telah berkembang dengan pesat. Berbagai arus informasi, teknologi, bahkan budaya perlahan-lahan telah masuk dan menjamur  melalui media. Tranformasi budaya seakan membuat warisan budaya kian memudar.
Jika kita ibaratkan Negara sebagai sebuah pohon yang tumbuh dengan kokoh, maka budaya merupakan akarnya, wujud kebudayaan adalah batangnya yang dan daun-daunya merupakan berbagai macam wujud kebudayaan yang bercabang secara khas dan beragam.
Budaya merupakan akar karena budaya sebagai identitas yang merupakan jati diri sebuah Negara. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana Indonesia tanpa budaya, karena budayanya perlahan memudar oleh tranformasi budaya di tengah arus globalisiasi. Apalagi Jika satu persatu budaya bangsa mulai diakui bangsa lain.
Untuk mengatasi hal ini sebagai pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama dalam melestarikan budaya, dalam Undang-undang sudah jelas disebutkan bahwa pemerintah adalah harus memajukan kebudayaan nasional. Sedangkan masyarakat sebagai warga Negara sudah seharusnya berperan dalam menjadi bagian dari warga Negara, yaitu masyarakat yang berbudaya.
Menurutku ada dua pendekatan yang dapat melestarikan kebudayaan di tengah arus globalisasi saat ini, sehingga dapat membangun kembali identitas bangsa. Yaitu Pendidikan dan Media.
Pendidikan, umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan, batin), pikiran, dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.[3] Pendidikan dan budaya seharusnya dapat diintegrasikan secara berkesinambungan.
Pendidikan yang membudayakan budaya dalam berbagai aspek. Tidak hanya dalam pelajaran seni budaya akan tetapi dalam berbagai aspek pelajaran dalam membudayakan budaya. Memberikan apresiasi terhadap budaya Indonesia. Seperti contoh mengajarkan Pendidikan kewarganegaraan dengan tokoh wayang. Guru juga harus menumbuhkan rasa bangga berbudaya Indonesia kepada siswanya.
Karena salah satu penanda bangsa yang paling terlihat adalah kesenian, oleh karena itu melibatkan mereka dalam kegiatan seni juga diperlukan. Mengapresiasi budaya Indonesia melalui seni dan pertunjukan di sekolah. Guru dan siswa saling berperan aktif dalam pertunjukan, menampilkan sisi yang khas dari kebudayaan Indonesia.
Mengenalkan budaya juga tidak hanya sebatas teori di ruang kelas, karena itu akan menjenuhkan, diperlukanya praktek langsung ke lapangan dan lembaga masyarakat terkait budaya agar siswa dapat bersentuhan secara langsung dengan kebudayaan Indonesia. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya mengunjungi pusat kebudayaan, menonton pertunjukan budaya, bahkan dapat mempraktekanya secara langsung seperti membatik.
Pemerintah juga harus fokus dalam melestarikan budaya melalui pendidikan. Diantaranya mengatur kembali kurikulum budaya dan pemerataan penyediaan alat kesenian tradisional.
Karena diperlukan transformasi budaya dari generasi tua ke generasi muda, transformasi itu harus dimulai sejak anak usia dini. Aukflarung kebudayaan harus dimulai dari pendidikan, dan sekolah memiliki peranan yang penting dalam memajukan peradaban kebudayaan bangsa.
Kebudayaan dalam Media juga memiliki peran penting. Karena media merupakan tempat masuknya arus transformasi budaya yang berkembang dengan pesat saat ini. Masuknya transformasi budaya asing tidak seimbang dengan transformasi budaya sendiri. Kekhasan substansi budaya sendiri seakan dikesampingkan. Beberapa media sibuk memenuhi tuntunan pasar agar reting tayanganya tinggi.
Media juga seharusnya bertanggung jawab dalam pelestarian budaya, karena semua pihak dengan mudah mengakses media dan cepatnya sistem informasi yang dapat diterima masyarakat, entah itu media cetak ataupun elektronik.
Dari segi media elektronik, televisi sebagai penampil audio visual memiliki peran yang penting. Memang saat ini sepertinya sedikit stasiun televisi yang konsisten dalam menayangkan acara-acara tentang kesenian tradisional selain TVRI. Sinetron, realty show, pertunjukan musik, disibukan dengan bagaimana caranya meraih reting yang tinggi dengan tuntunan pasar, akan tetapi mengesampingkan budaya bangsa yang luhur. Oleh karena itu diperlukan sebuah terobosan dari para pengelola stasiun televisi untuk mengembangkan budaya yang dikemas secara khas.
Memberikan tayangan yang menampilkan nilai budaya bangsa yang luhur, juga kembali menjaga nilai kesenian di Indonesia. Seperti adanya realty show dalam mengenalkan kebudayaan, acara ekspedisi budaya, bahkan mengemas acara musik dalam menampilkan kesenian daerah.
Media cetak juga berperan dalam pelestarian budaya, selain menyajikan berita terkini, akan tetapi mengenalkan budaya melalui media visual juga diperlukan, virtualisasi menampilkan foto kebudayaan berwujud seni dari daerah tertentu secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan pencerdasan kepada pembacanya terkait kebudayaan Indonesia.
Identitas bangsa dibangun dengan bagaimana Negara dapat membangun kebudayaan sebagai ciri khasnya, banyaknya kebudayaan yang harus dilesatrikan tidak lantas mematikan cara untuk melestarikanya, kebudayaan tradisi merupakan wujud dari kebudayaan nasional yang harus mejadi perhatian semua pihak untuk terus dilestarikan secara berkala.
Ibarat pohon jangan sampai suatu saat akar itu rapuh dan ketika rapuh pohon akan tumbang karena tidak memiliki penopang. Jangan sampai budaya di suatu Negara mulai rapuh karena Negara tersebut tidak akan memiliki identitas dan ciri khas di tengah mewabahnya arus global. Dimulai dari diri sendiri untuk mengakarkan budaya Indonesia dalam hatinya.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
[3] Ki Hajar Dewanatara

Karakter Bangsa dalam Pendidikan di Indonesia



Karakter Bangsa Dalam Pendidikan di Indonesia
“Semua saling menuduh rendahnya moral bangsa dengan korupsi, pornografi, kekerasan, bahkan emosi. Dari semua perilaku itu dikembalikan lagi ke sekolah, bagaimana pendidikan di Indonesia begitulah moral para warga negaranya.”
Oleh Citra Ashri Maulidina

Pendidikan merupakan proses pendewasaan dan sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu. Pilar utama pembangunan bangsa adalah dengan pendidikan. Jika kita ingin melihat maju atau tidaknya sebuah Negara maka kita dapat melihat bagaimana Negara perduli terhadap pendidikan.
Dengan membentuk proses pendewasaan tidak hanya dicapai dengan teori pembelajaran di kelas semata, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana seorang siswa dapat mengenal apa yang dinamakan dengan karakter. Menjadi berkarakter itu perlu tetapi menjadi pribadi yang berkarakter itu tidaklah mudah. Karakter yang baik tidak terbentuk secara otomatis, karakter dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses berkelanjutan pengajaran, pembelajaran contoh, dan praktek. 
David Elkind & Freddy Sweet Ph.D dalam bukunya mengungkapkan bahwa Pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.
Di Indonesia Pendidikan karakter sebenarnya telah tumbuh dari sebelum kemerdekaan, Bapak Pelopor Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara telah banyak mengajarkan kepribadian yang membentuk karakter semenjak dibangunya sekolah Taman Siswa. Satu ideologi yang dapat kita pelajari adalah mengenai sistem pendidikan menurut beliau. Sistem pendidikan tersebut masih digunakan hingga saat ini, bahkan menjadi semboyan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tiga sistem pendidikan yang dikembangkan Ki Hajar Dwantara adalah “Ing Ngarsa Sung Tuladha” di depan guru memberikan contoh, “IngMadya mangun karsa” di samping guru melihat dan mengembangkan potensi peserta didik, dan “tut wuri handayani” di belakang guru memberikan dorongan dan motivasi. Untuk itu diperlukan jiwa dan karakter yang kuat dalam membangun pendidikan karakter bagi peserta didik. 
Pendidikan karakter bukan hanya sebuah pendidikan yang mengajarkan karakter yang baik terhadap peserta didiknya, akan tetapi bagaimana dalam proses pendidikan dapat membentuk karakter diri yang kuat dan berakar kepada setiap para pembelajar. Karakter yang kuat dan berakar tidak mungkin datang dari karakter yang lemah dan tidak kokoh. Akan tetapi dibutuhkan karakter yang berjati diri untuk dapat mengembangkan kekuatan dari karakter tersebut.
Indonesia Negara yang sedang berkembang dan sedang berbenah. Oleh karena itu pendidikan adalah salah satu aspek dalam membangun bangsa melalui membangun karakter. Ada beberapa hal yang dapat menjadi acuan dalam mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.
Pertama adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab sekolah. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan konsep triologi, yaitu lingkungan pendidikan merupakan satu hal yang utuh yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Baik dalam lingkungan keluarga yang utama, sekolah, dan masyarakat.
Setiap lingkungan mempunyai peran dan tugasnya masing-masing. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pertama yang anak kenal dalam masa perkembangan, Sekolah adalah tempat anak menempuh pendidikan, juga lingkungan masyarakat tempat anak bersosialisasi dan bergaul.
Pendidikan Karakter dari lingkungan keluarga dimulai dari orang tua yang menanamkan karakter dasar kepada anak-anak mereka. Keluarga merupakan tempat yang pertama dalam pembentukan moral pada anak. Anak akan berkembang dengan baik di lingkungan keluarga yang baik tanpa paksaan dan tanpa tekanan. Peran orangtua sangat ditekankan disini dalam mendidik anak. Mengayomi, menjaga, membimbing dan mendidik anak menjadi peran orangtua dalam lingkungan keluarga agar anak dapat berkembang dengan baik.
Kedua adalah bagaimana pendidikan karakter itu menunjukan sikap dan tingkah laku keteladanan tanpa harus sebuah ucapan dan slogan yang terus dibicarakan. Menunjukan sikap santun dimulai dari seorang pendidik. Membangun rasa cinta kepada murid, karena semakin banyak rasa cinta yang diberikan maka akan semakin banyak cinta yang didapatkan.
Guru dengan penuh cinta dan kasih menanamkan perilaku keteladanan secara langsung kepada siswanya. Tidak membeda-bedakan mereka, berlaku adil, meminta maaf ketika guru melakukan kesalahan, dan membangun rasa percaya diri murid dengan memberikan pujian. Terjadi komunikasi yang baik antara guru dan siswa itu perlu. Guru bertindak sebagai pengasuh, model dan mentor, memperlakukan siswa dengan cinta dan hormat, menetapkan contoh yang baik, mendukung pro-sosial perilaku dan mengoreksi menyakitkan tindakan. 
Menanamkan karakter kepada siswa dimulai dari menanamkan keteladanan pada pendidik yaitu guru, Juga bagimana sekolah mendukung program dalam menanamkan pendidikan karakter dengan kepala sekolah, guru, juga karyawan sekolah perduli dan memberikan keteladanan dalam pendidikan karakter.
Ketiga adalah bagaimana pendidikan karakter dikenalkan sesuai dengan perkembangan usia dan perlahan-lahan dalam mengenalkanya. Murid tidak selalu diberikan pendidikan karakter dalam bentuk teori bahwa kita harus jujur, bertanggung jawab, disiplin, gotong royong, tolong menolong, dan sebagainya. Akan tetapi pentingnya pengenalan pendidikan karakter dimulai dari anak usia dini dan dikemas secara menarik, salah satu contohnya dimulai dengan bermain bersama menjunjung tinggi nilai kejujuran. Karena pada usia dini merupakan fase emas untuk menanamkan dasar karakter pada seorang anak. Sehingga pendidikan karakter itu adalah tindakan yang harus dilakukan dan bukan teori yang harus dihapalkan.
Keempat adalah bagaimana pendidikan karakter tidak disalah artikan hanya sebatas pendidikan dalam kewarganegaraan dan agama dalam mata pelajaran di sekolah. Lebih dari itu pendidikan karakter dikembangkan pada semua aspek pelajaran. Dalam matematika anak diajarkan untuk menghitung dengan bijak dan jujur. Dalam Bahasa Indonesia anak diajarkan bagaimana berbahasa dan bertutur kata yang baik terhadap sesame. Bahkan dalam pelajaran Jasmani dan Olahraga anak diajarkan untuk bersikap sportif dan menerima kekalahan.
Seperti yang diungkapkan Bob Talbert, dia mengutarakan bahwa Mengajarkan murid untuk bisa berhitung itu bagus, tetapi yang terbaik dan yang paling penting adalah mengajarkan mereka tentang hal-hal yang tidak bisa dihitung nilainya (sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini seperti prinsip, kode etik hidup,kebaikan, dan  nilai moral).
Jadi diperlukannya karakter yang kuat dalam membangun jiwa dan kepribadian peserta didik yang kokoh, dan temukan karakter diri sebelum anda menanamkan hal tersebut terhadap peserta didik di kemudian hari. Karakter bangsa dimulai dengan membangun karakter melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pendidikan terutama membangun bangsa yang bermoral dengan pendidikan karakter, agar semakin terkikisnya perilaku yang tidak patut dicontoh seperti korupsi, kekerasan, kejahatan, pornografi, dan sebagainya. Menuju karakter bangsa yang jujur, toleransi, perduli, cinta aksih, dan menjunjung tinggi perdamaian.
Seperti yang pernah diungkapkan Philips dalam bukunya The Great Learning (2000), Ia mengungkapkan bahwa "If there is a righteousness in the heart, there will be beauty in the character. If there is is a beauty in the character, there will be a harmony in the home. If there is harmony in the home, there will be order in the nation. If there is order in the nation, there will be peace in the world."