Minggu, 04 Januari 2015

Kami Beda dan Menjadi Satu



 Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama, tidak ada satupun manusia yang lahir dari rahim seorang laki-laki. Terlahir dan tumbuh serta hidup dengan kodrat. Hidup dalam nadi dan aliran darah. Dengan detak jantung. Maha Suci Tuhan diatas segala-galanya. Hanya satu yang membedakan kami, dia “Iman”.
Seorang wanita cantik beragama  Kristen protestan. Tingginya semampai, dengan rambut sepanjang bahu yang selalu tergerai, kulitnya yang putih, dan ciri khasnya yang selalu menggunakan kacamata berwarna merah. Dialah Amel, sahabat terbaiku. Menempuh pendidikan di jurusan dan Universitas yang sama yaitu Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Jakarta.
Kemanapun waktu kami selalu menghabiskannya berdua, bahkan selalu ada slogan “dimana ada aku disitulah adalah Amel” begitupun sebaliknya. Bagai dua elemen yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi, Seperti malam yang ditemani bintang. Persahabatan kami sudah berlangsung cukup lama. Empat tahun mengukir kisah persahabatan yang indah.
            Suatu hari ketika suara adzan berkumandang “Cit, sholat dulu gih sebelum pulang” kemudian kami ke mesjid bersama. Bukan hanya kali itu, setiap saat kami bertemu dia selalu menemaniku untuk bersimpuh menghadap Allah. Berjalan menuju tempat wudhu bahkan hingga masuk ke dalam mesjid.
            Aku dan Amel memiliki mimpi yang sama,  suatu saat nanti. Berjalan di tanah Eropa melihat sisi keajaiban Tuhan di Benua peradaban sejarah untuk belajar dan terus belajar. Sehingga kami berusaha menggapainya dengan mengikuti leas bahasa Inggris. Di tempat, jam, dan kelas yang sama.
Aku sudah lupa, ya lupa. Bagaimana aku selalu menghabiskan waktu dengannya walaupun hanya sekedar makan dan jalan bersama, bahkan kami berdiskusi tentang agama. Seperti arti penting shalat dalam  islam atau bahkan bagaimana hukuman bagi kaum Kristen yang tidak pernah ke gereja. Bukan untuk saling mempengaruhi, akan tetapi untuk saling menghargai.
Satu hal yang tidak terlupa ketika menghadi tugas akhir, yaitu skripsi. Adalah hal yang tidak terlupa. Begitu banyak yang berkata “kalo udah skripsi pasti ntar urusanya masing-masing” Pada nyatanya, Tidak. Kami saling mendukung dan membantu. Berdiskusi bersama hingga larut tiba, di perpustakaan Universitas Negeri di daerah Depok yang menjadi saksi, bahwa kami saling berbagi. Sehingga berkat dukungan terbaiknya yang tidak lelah memberikan masukan dan semangat yang luar biasa hingga akhirnya aku dapat menjadi skripsi terbaik di jurusanku.
Amel adalah sosok wanita kristiani yang begitu toleransi. Berkumpul bersama dengan sahabat-sahabat lainya yang muslim, seakan kami melebur menjadi satu keutuhan sebagai manusia meskipun iman kami berbeda. Bahkan  ia dapat melafalkan “bismillah” dengan sederhana meskipun bukan surat Maryam seperti yang Maria lantunkan di buku ayat-ayat cinta.
Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan  berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”( Mumtahanah: 8)
Ketika kami memilki aqidah masing-masing dan tidak saling menjatuhkan bahkan tidak memusuhi itu lebih baik. Ketika diluar sana ketika semua orang merindukan kedamaian tetapi perang tidak pernah berhenti. Banyak yang mengatasnamakan toleransi tetapi begitu sulit perizinan dalam membangun tempat ibadah. Seakan menjadi cambuk bahwa sebenarnya saling menghargai adalah dua kata yang sederhana tetapi tidak semua bisa menjalani arti kata ini dengan baik.
Berdampingan dan bermasyarakat dengan baik tanpa mencampur adukan aqidah masing-masing adalah satu hal yang positif dalam hidup bermasyarakat. Semoga persahabatan aku denganya akan tetap tumbuh hingga detak jantung ini berhenti. Salah satu hal terbahagia dalam hidupku adalah mengenal Amelia Cristin Sitomorang.

Tulisan yang Allah izinkan masuk ke dalam DIALOG100 #JAKATARUB Bandung 2013


           



0 komentar:

Posting Komentar