Minggu, 04 Januari 2015

Keluarga Kecil Baru

Langit biru yang tidak lagi terik, Matahari seakan tenggelam diantara pancaran gedung pencakar langit di Jakarta. Sore itu, Sabtu 20 Januari 2013, tidak pernah terlupa bagiku. Ketika handphone berdering menandakan ada email masuk, awalnya aku kira seperti rutinitas email yang biasa aku terima entah pemberitahuan media sosial ataupun promosi belaka. Ternyata tidak, siapa sangka aku mendapat email dari Good Reads Indonesia. Salah satu komunitas pecinta buku terbesar di Negara ini.

“Tidak ada proses seleksi dalam workshop yang akan diadakan ini, namun seluruh anggota Tim Siaran GRI 2013 diwajibkan untuk datang selama 4 kali pada hari Sabtu berturut-turut sebagai syarat bergabung ke dalam tim Siaran GRI 2013”
Regards,
Farah

Seminggu setelah aku mengirimkan biodata dan tulisan mengapa aku tertarik untuk bergabung bersama tim siaran Good Reads Indonesia. Akhirnya semua menjadi nyata. Siapa sangka seorang guru dari anak-anak di sekolah menjadi seorang penyiar.
Di dalam bayanganku adalah “ segalanya tidak terduga dan segalanya baru” 26 Januari 2013 merupakan awal pertemuan dengan  seluruh tim siaran tahun 2013. Ketika matahari masih malu menampakan sinarnya, saat itu aku bergegas pergi menuju Dewi Sartika, Studio RPK fm Jakarta.

Jantung selalu berdegup, tanda Tuhan masih memberi kita hidup. Tapi kali ini lebih cepat, sungguh sangat cepat, pertanyaan-pertanyaan mulai menghampiri diri. “aduh nanti gimana ya” “Aduh teman-temanya kaya apa ya” “aduh kira-kira bisa tidak ya” “aduh nanti diomelin gak ya kalo salah” emosi-emosi seakan mempertanyakan hal sekecil ini, entahlah pertanyaan itu dari mana, tetapi yang kutahu saat itu rasa bahagia dan haru melebur menjadi satu.

Menuju lantai tiga, kubuka pintu dan kemudian seorang wanita berjilbab hitam, mengeluarkan aura senyuman yang begitu hangat dan menyambut dengan sangat ramah. Seakan kami telah kenal cukup lama. “Selamat datang di RPK FM” Tuturnya. Dialah Kak Farah, salah satu koordinator  siaran Good Reads Indonesia.

Semua telah berkumpul, 13 orang calon penyiar yang akan diberikan pelatihan. Wajah bahagia tampak terlihat dari masing-masing peserta. Senyum seakan menjadi elemen yang tidak dipisahkan dari kami saat itu. Seorang tutor hebat, Kak Yancen Piris banyak mengajarkan kami. Dan rutinitas pelatihan ini terus berlanjut hingga pertemuan di minggu keempat.
Empat minggu telah berlalu, kini saatnya memulai dan mempraktikan apa yang sudah disampaikan. Kami dibagi menjadi empat tim, seakan melebur menjadi satu kesatuan. Aku, Ka Farah, dan Landung menjadi satu tim “Komunitas”  Mengudara, berbagi kisah, berbagi cerita, dan berbagi informasi.
Pagi itu, matahari perlahan memancarkan auranya, suasana studi masih sepi. Hanya ada mas Herman sebagai operator yang menemani kami mengudara. Ketika awal gugup itu pasti ada, takut itu pasti menghantui, kaki terasa dingin. Tetapi siapa sangka. Beruntung sekali punya keluarga seperti kak Farah yang mengajarkan banyak hal.
Ketakutan itu seakan mulai memudar. Sedikit-sedikit mulai berani bertanya kepada narasumber meskipun beberapa kali Ka Farah menyeletuk “Citra kamu dari tadi diem aja, ayo ada yang mau ditanyain gak” Saat itu aku sadar bahwa aku masih sangat malu dan minder Tapi bersyukur selalu diberi masukan dan motivasi yang cetar oleh keluarga kecilku.

Siaran komunitas berarti kau akan mengenal cerita dan pengalaman dari berbagai kehidupan terutama dunia literasi. “Papua Baca, IndoHogwards” seakan menjadi bukti bahwa kita hidup di dunia tidak sendiri, saling merajut cerita masing-masing dengan kebermanfaatan yang sama yaitu berguna untuk manusia lain.

Tiga bulan berlalu, tim siaran berganti personil. Kali ini aku bertemu dengan keluarga kecil baru, dialah mas Jimy dan Kak Ayu, dan Kak Lia. Kali ini tentang “Buku” . Siapa sangka, aku bisa bertemu dengan penulis buku yang dibahas secara langsung. Saat itu ada Abbas dan Wulan sebagai penulis buku nyanyian cinta. “menulis itu gak gampang tapi kalo ada kemauan pasti ada jalan” pesan itu seakan tidak pernah padam dari ingatanku.

Siapa sangka aku yang tadinya masih pemalu dan takut untuk berekspresi suara di udara, perlahan pengalaman mulai meminimalisir rasa itu. Aku mulai berani bercerita dan bertanya. Menyapa dunia.

Sampai pada akhirnya “ apapun profesimu kau tetap bisa menjadi penyiar, selama mau belajar dan tidak takut salah. Karena kalau takut salah belajar itu tidak pernah ada”

Sepuluh bulan penuh kisah dan cerita unik dari keluarga tim siaran GoodReads. Kalau sudah berkumpul kami seakan menjadi kakak-adik yang begitu ceria. Hanya senyum tanpa sedih yang selalu terpancar ketika bersama. Bahkan ada benih-benih cinta yang tubuh diantara kami.

Sepuluh bulan penuh cerita, apalagi kata selain terimakasih. Tuhan menakdirkan kami untuk bertemu dari berbagai latar belakang pekerjaan yang berbeda. Tetapi bagiku kami punya persamaan, sama-sama mau belajar. Tidak ada yang merasa paling hebat.

Seorang guru, seorang penikmat buku Paulo Freire, Kini penyiar. Apapun profesimu mengudara bukanlah hal yang mustahil selama mau belajar dan terus belajar. Sepuluh bulan penuh cinta, makna, dan ceria. 

0 komentar:

Posting Komentar