Keluarga
Kecil Baru
Langit biru yang tidak lagi terik, Matahari seakan
tenggelam diantara pancaran gedung pencakar langit di Jakarta. Sore itu, Sabtu
20 Januari 2013, tidak pernah terlupa bagiku. Ketika handphone berdering
menandakan ada email masuk, awalnya aku kira seperti rutinitas email yang biasa
aku terima entah pemberitahuan media sosial ataupun promosi belaka. Ternyata
tidak, siapa sangka aku mendapat email dari Good Reads Indonesia. Salah satu
komunitas pecinta buku terbesar di Negara ini.
“Tidak ada proses seleksi dalam workshop yang akan diadakan
ini, namun seluruh anggota Tim Siaran GRI 2013 diwajibkan untuk datang selama 4
kali pada hari Sabtu berturut-turut sebagai
syarat bergabung ke dalam tim Siaran GRI 2013”
Regards,
Farah
Farah
Seminggu setelah aku
mengirimkan biodata dan tulisan mengapa aku tertarik untuk bergabung bersama
tim siaran Good Reads Indonesia. Akhirnya semua menjadi nyata. Siapa sangka
seorang guru dari anak-anak di sekolah menjadi seorang penyiar.
Di dalam bayanganku
adalah “ segalanya tidak terduga dan segalanya baru” 26 Januari 2013 merupakan awal
pertemuan dengan seluruh tim siaran
tahun 2013. Ketika matahari masih malu menampakan sinarnya, saat itu aku
bergegas pergi menuju Dewi Sartika, Studio RPK fm Jakarta.
Jantung selalu
berdegup, tanda Tuhan masih memberi kita hidup. Tapi kali ini lebih cepat,
sungguh sangat cepat, pertanyaan-pertanyaan mulai menghampiri diri. “aduh nanti
gimana ya” “Aduh teman-temanya kaya apa ya” “aduh kira-kira bisa tidak ya” “aduh
nanti diomelin gak ya kalo salah” emosi-emosi seakan mempertanyakan hal sekecil
ini, entahlah pertanyaan itu dari mana, tetapi yang kutahu saat itu rasa
bahagia dan haru melebur menjadi satu.
Menuju lantai tiga,
kubuka pintu dan kemudian seorang wanita berjilbab hitam, mengeluarkan aura
senyuman yang begitu hangat dan menyambut dengan sangat ramah. Seakan kami
telah kenal cukup lama. “Selamat datang di RPK FM” Tuturnya. Dialah Kak Farah,
salah satu koordinator siaran Good Reads
Indonesia.
Semua telah
berkumpul, 13 orang calon penyiar yang akan diberikan pelatihan. Wajah bahagia
tampak terlihat dari masing-masing peserta. Senyum seakan menjadi elemen yang
tidak dipisahkan dari kami saat itu. Seorang tutor hebat, Kak Yancen Piris
banyak mengajarkan kami. Dan rutinitas pelatihan ini terus berlanjut hingga
pertemuan di minggu keempat.
Empat minggu telah berlalu, kini saatnya memulai dan
mempraktikan apa yang sudah disampaikan. Kami dibagi menjadi empat tim, seakan
melebur menjadi satu kesatuan. Aku, Ka Farah, dan Landung menjadi satu tim
“Komunitas” Mengudara, berbagi kisah,
berbagi cerita, dan berbagi informasi.
Pagi itu, matahari perlahan memancarkan auranya,
suasana studi masih sepi. Hanya ada mas Herman sebagai operator yang menemani
kami mengudara. Ketika awal gugup itu pasti ada, takut itu pasti menghantui, kaki
terasa dingin. Tetapi siapa sangka. Beruntung sekali punya keluarga seperti kak
Farah yang mengajarkan banyak hal.
Ketakutan itu seakan mulai memudar. Sedikit-sedikit
mulai berani bertanya kepada narasumber meskipun beberapa kali Ka Farah
menyeletuk “Citra kamu dari tadi diem aja, ayo ada yang mau ditanyain gak” Saat
itu aku sadar bahwa aku masih sangat malu dan minder Tapi bersyukur selalu
diberi masukan dan motivasi yang cetar oleh keluarga kecilku.
Siaran komunitas berarti kau akan mengenal cerita
dan pengalaman dari berbagai kehidupan terutama dunia literasi. “Papua Baca,
IndoHogwards” seakan menjadi bukti bahwa kita hidup di dunia tidak sendiri,
saling merajut cerita masing-masing dengan kebermanfaatan yang sama yaitu
berguna untuk manusia lain.
Tiga bulan berlalu, tim siaran berganti personil.
Kali ini aku bertemu dengan keluarga kecil baru, dialah mas Jimy dan Kak Ayu,
dan Kak Lia. Kali ini tentang “Buku” . Siapa sangka, aku bisa bertemu dengan
penulis buku yang dibahas secara langsung. Saat itu ada Abbas dan Wulan sebagai
penulis buku nyanyian cinta. “menulis itu
gak gampang tapi kalo ada kemauan pasti ada jalan” pesan itu seakan tidak
pernah padam dari ingatanku.
Siapa sangka aku yang tadinya masih pemalu dan takut
untuk berekspresi suara di udara, perlahan pengalaman mulai meminimalisir rasa
itu. Aku mulai berani bercerita dan bertanya. Menyapa dunia.
Sampai pada akhirnya “ apapun profesimu kau tetap
bisa menjadi penyiar, selama mau belajar dan tidak takut salah. Karena kalau
takut salah belajar itu tidak pernah ada”
Sepuluh bulan penuh kisah dan cerita unik dari
keluarga tim siaran GoodReads. Kalau sudah berkumpul kami seakan menjadi
kakak-adik yang begitu ceria. Hanya senyum tanpa sedih yang selalu terpancar
ketika bersama. Bahkan ada benih-benih cinta yang tubuh diantara kami.
Sepuluh bulan penuh cerita, apalagi kata selain
terimakasih. Tuhan menakdirkan kami untuk bertemu dari berbagai latar belakang
pekerjaan yang berbeda. Tetapi bagiku kami punya persamaan, sama-sama mau
belajar. Tidak ada yang merasa paling hebat.
Seorang guru, seorang penikmat buku Paulo Freire,
Kini penyiar. Apapun profesimu mengudara bukanlah hal yang mustahil selama mau
belajar dan terus belajar. Sepuluh bulan penuh cinta, makna, dan ceria.
0 komentar:
Posting Komentar